Tuesday, April 24, 2012

Ujung Harapan; Bukan Lagi "Kampung Santri" (?)



Oleh: H. Iman Fadllurrahman, Lc.

Jika ada seorang Bapak yang berniat mendirikan sebuah usaha, umpama : membuka toko atau warung.   Perjuangan seorang Bapak tersebut akan terasa sangat berat dibanding anaknya kelak yang hanya meneruskan usaha toko atau warung tersebut dari sang Bapak. Dalam artian, Membangun jauh lebih sulit daripada meneruskan tombak estafet sebuah perjuangan. Karena membangun memiliki efek yang begitu kuat untuk masa penerusnya yang akan datang. Umpama, jika ada     pengusaha yang mendirikan sebuah perusahan, yang dibangun dengan planning dan manajemen yang baik, barangkali perusahaan tersebut akan dapat diteruskan oleh generasi selanjutnya dengan methode dan manajemen yang lebih baik juga, dapat dipastikan bahwa perusahan tersebut akan  semakin maju perkembangannya.
Berbeda dengan perusahaan yang didirikan  dengan rancangan yang kurang baik, banyak kekurangan, besar kemungkinan perusahaan tersebut akan mengalami banyak kesulitan kedepan, karena pada awalnya tidak dibangun dengan asas dan dasar yang baik.
Pembinaan Hukum Pada Masa Rasulullah Saw.
Ketika Nabi Saw. datang pada bangsa Arab dimana saat itu telah kokoh adat istiadat mereka yang     sebagian dari mereka itu baik (pantas) untuk dikekalkan dan tidak membahayakan pada pembentukan bangsa. Adapun Sebagian lainnya ada yang membahayakan dimana syar'i dalam menghadapi hal ini dengan berangsur-angsur, sedikit demi sedikit dalam menjelaskan hukumNya dan untuk menyempurnakan agamaNya.

Perjuangan Rasulullah Saw. tidaklah ringan, halangan, rintangan, cobaan terus menghadang, tak heran kalau baginda Rasulullah Saw. seringkali    harus mengorbankan fisiknya ketika menerima cobaan tersebut,           mengorbankan sanak keluarganya   untuk sebuah perjuangan,              mengorbankan harta demi sebuah   tujuan yang luhur. Itulah perjuangan Rasulullah Saw. yang patut ditauladani, dengan planning, methode, semangat serta kerja keras dan tawakkal kepada Allah Swt.  Sebuah misi yang suci pada akhirnya dapat tercapai.

Rasulullah  Saw. dalam membina    hukum Islam kepada masyarakat saat itu telah dipelihara tiga dasar (asas) :

·         Tidak menyulitkan

·         Menyedikitkan beban

·         Berangsur-angsur dalam      membina hukum Islam

Sebuah methode yang sangat sesuai dengan masyarakat saat itu, sebuah perjuangan mencapai keberhasilan.

Begitu juga dengan seorang manajer yang handal, ia dapat menciptakan planning yang matang dan terobosan yang jitu, yang akan mengantarkan perusahan tersebut kelak akan maju. Menciptakan hal baru jauh lebih sulit dibanding penerusnya yang hanya    sekedar meniru.

Rasulullah Saw. menciptakan dan  membuat terobosan yang sangat baik untuk ditiru dalam membina Umat. Ini terbukti dengan generasi selanjutnya; masa sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in, ulama dan sampailah pada zaman sekarang ini. Melanjutkan tombak estafet perjuangan baginda Rasulullan Saw. dalam membina umat Islam ke arah pintu kejayaan Islam.

Cita-cita Noer 'Ali kecil; ingin  membangun kampung santri.

Kalau kita ingin side back ke masa lalu. Bahwa perjuangan yang dilakukan oleh para orang tua kita dan pahlawan-pahlawan bangsa dalam membangun bangsa Indonesia ini, tidaklah seringan seperti membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan pengorbanan jiwa dan raga bahkan tak sedikit yang mempertaruhkan nyawa. Oleh karena itu, Kita harus merasa bangga dan bersyukur dapat hidup di era modern dengan fasilitas yang serba memadai, semua fasilitas kebutuhan bisa kita dapat dengan mudah. 

Penulis akan mencoba sedikit cerita tentang Historis singkat perjalanan perjuangan Guru kita Alm. KH. Noer Ali, dalam mendirikan Yayasan Attaqwa dan membangun kampung ujungharapan.

"Noer 'Ali" adalah sosok pemuda Ujungharapan yang ceria, dan hidup ditengah-tengah masyarakat kampung, layaknya anak-anak desa pada umumnya. Sejak kecil beliau memiliki cita-cita atau   keinginan untuk menjadikan Kampung Ujungharapan menjadi kampung santri. Walaupun pada saat itu KH. Noer 'Ali  boleh dikatakan umurnya masih kecil, tapi satu hal yang perlu kita cermati, meskipun umur beliau masih kecil namun sudah memiliki cita-cita yang begitu tinggi dan boleh dikatakan sulit bahkan hampir mustahil untuk diwujudkan impian tersebut dengan kondisi kampung Ujungharapan pada saat itu. Beliau sangat patuh dan taat kepada orang tua, sosialnya baik dimata masyarakat, tak heran beliau disukai oleh teman-temannya.  Beliau juga rajin dan tekun dalam menuntut Ilmu, tak heran kalau beliau memiliki keinginan dan motivasi dari para guru-gurunya untuk melanjutkan studi ke Timur Tengah – Makkah Al-Mukarramah.

Tahun 1940, beliau kembali dari menuntut ilmu pengetahuan di Makkah Al-Mulakarramah, beliau mendirikan Yayasan untuk mengayomi usaha-usaha yang dilakukan dan dicita-citakan oleh Bapak KH. Noer Ali. 

Upaya mewujudkan kampong Oejoeng Malang menjadi Kota Santri

Bapak KH. Noer 'Ali yang sejak kecil memiliki cita-cita yang luhur dan dibarengi dengan usaha serta tawakkal beliau kepada Allah Swt. Akhirnya   sebuah kampung kecil, yang dahulu banyak dihiasi dengan kebodohan penduduknya. Namun saat ini, kita dapat menyaksikan sebuah keajaiban meskipun barangkali kita tidak hidup di zamannya, paling tidak kita dapat merasakan hasil dan jerih payah dari perjuangan guru kita Alm. KH. Noer 'Ali dalam membangun dan mewujudkan impian yang mulia itu.


Setidaknya ada dua kesimpulan yang dapat kita tarik dan mudah-mudahan bisa dijadikan bahan renungan bersama.


Pertama, Bapak KH. Noer 'Ali sejak kecil sudah memiliki cita-cita atau planning kedepan, tentu bukan hanya sekedar keinginan belaka malainkan sebuah tekad atau upaya yang membawa kearah kemajuan. Nah, bagaimana dengan kita sendiri, akankah saat ini kita telah memiliki sebuah konsep   untuk masa depan? atau malah kita hanya hidup santai tanpa harus tahu kemana arah tujuan kita. Nabi Saw. saja adalah seorang Nabi yang sudah mendapat jaminan masuk syurga,   namun tidak hidup dengan hal-hal   santai yang tidak memiliki point-point tujuan. Ini dapat dibuktikan dengan melihat usaha-usaha Nabi Saw. dalam membangun sebuah peradaban yang awalnya rusak kepada peradaban yang sangat mulia.


 Kedua, upaya yang dilakukan Nabi Saw. dan guru kita Bapak KH. Noer 'Ali dalam membangun sebuah peradaban adalah hal yang sangat sulit karena mereka harus membuat pondasi terlebih dahulu. Satu tugas yang sangat besar untuk kita adalah bagaimana kita bisa meneruskan hasil dari pembangunan    --perjuangan-- tersebut, kita tidak lagi dituntut untuk membuat pondasi  melainkan hanya meneruskan saja estafet perjuangan orang-orang tua kita.


 Kalau Islam dan diri kita ingin mengalami perubahan kearah kemajuan, tentunya kita harus      berusaha semaksimal mungkin, memiliki planning dan konsep hidup yang jelas. Akankah kampung santri yang telah lama dipupuk oleh guru kita Alm. KH. Noer 'Ali bisa terus dipertahankan, diperjuangkan dan kalau bisa ditingkatkan kearah yang lebih baik.  Berat memang amanah yang kita pikul, tapi perlu diingat, seberat apapun yang kita lakukan saat ini tentu jauh lebih berat dengan usaha orang-orang sebelum kita yang telah lebih dahulu menjadi pioner perjuangan. Mari sama-sama kita berjuang dan berkarya.    Wallahu a’lam.


  • Tema asli tulisan ini "Mengembalikan Citra Kampung Ujung Harapan menjadi "Kampung Santri”"

2 comments:

  1. oh jumalang,. kangennya ngga kebayang.. :'(

    tukeran link juga yuk http://lirikmusicarab.blogspot.com/

    ReplyDelete
  2. Sekarang kayaknya udah ngak sesuai dengan cita - cita pak kiyai engkong lagi

    ReplyDelete