Wednesday, June 27, 2012

Sosok Dosen Teladan

Jam kedua pun tiba setelah istirahat dari muhadoroh pertama para mahasiswa al-Azhar pun kembali menuju kelas untuk mengikuti maddah (pelajaran) kedua walaupun suasananya  kurang kondusif tetapi dosen tetap memulai pelajaran tersebut. Materi yang disampaikan dosen ialah ulum al-Qur’an beliau pun menjelaskan dengan  kompherensif karena sudah menjadi ahlinya apalagi dosen yang mengajar di al-Azhar wajib doktoral yang menguasai bidangnya. Detik perdetik pun berlalu dengan cepat, dan sang dosen pun masih melaksanakan tugasnya untuk membagi ilmu kepada para mahasiswa, sebagian mahasiswa pun ada yang sudah tidak nyaman dengan waktu yang menurutnya sudah lama, akan tetapi beliau dengan sabar dan ikhlas menyampaikan materi  yang menurut beliau penting.
Memang sistem perkuliahan al-Azhar itu berbeda sekali dengan universitas lainya, dosen hanya menyampaikan materi dan mahasiswa hanya mendengarkan kemudian sebelum mengakhiri materi sang dosen memberikan sesi  tanya jawab, sangat berbeda seperti di Indonesia yang mana mahasiswanya melakukan presentasi di depan dosen dan sang dosen pun hanya menambahkan atau mengoreksi kesalahan mahasiswa yang melakukan presentasi. Mungkin hal ini yang membedakan antara Mesir dan Indonesia  dari segi pendidikan memang masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan, tetapi disisi lain ialah adanya perbedaan antara dosen Mesir dan Indonesia.
Sebelum mengakhiri, sang dosen pun memberikan sebuah soal yang di siapkan untuk ujian beberapa minggu setelahnya, mahasiswa pun sangat antusias dengan apa yang di berikan walaupun soal tersebut hanya sebagai latihan. Kuliah pun berakhir dengan habisnya pertanyaan tersebut. Para mahasiswa pun meninggalkan kelas tapi sebagian juga langsung menuju tempat dimana dosen menyampaikan mata kuliahnya yaitu di depan, tradisi ini sudah lama menjadi budaya di universitas al-Azhar tradisi yang baik dimana mahasiswa menanyakan langsung apa yang ia belum fahami dari materi tadi atau yang lainya  yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, sang dosen pun menjawab apa yang ditanyakan oleh para mahasiswa dengan sangat jelas hingga akhirnya sang dosen menyudahi jawaban-jawaban dari mahasiswa yang kiranya sudah di jawab. Sungguh sosok yang benar-benar pendidik tak hanya dalam jam kuliah menjawab bertubi-tubi pertanyaan dari mahasiswa, diluar jam pun rela mengorbankan waktunya untuk menjawab berbagai pertanyaan walaupun masih banyak kesibukan yang akan dilakukanya.
Masjid al-Azhar yang begitu indah dengan arsitektur klasiknya sebagai saksi ribuan bahkan jutaan sosok ulama yang pernah belajar di universitas tertua di dunia ini. Tengoklah beberapa alumninya Muhammad abduh seorang pemikir dan pembaru dalam Islam, dan yang sekarang cukup masyhur di dunia fatwa kontemporer ialah Dr.Yusuf Qardhawi, dibidang tafsir pun terlahir ulama sebesar Dr. Wahbah Zuhaili yang mengarang beberapa tafsir di era sekarang masih banyak lagi ribuan ulama yang terlahir di universitas yang penuh sejarah ini bahkan presiden Indonesia pun alumni dari universitas ini sebutlah ia  KH. Abdurrahman Wahid (Gus dur).
Sungguh bagaikan wadah yang melahirkan banyak mutiara. Di jalur  masjid ini pun sang dosen Ulum al-Quran pun akhirnya pulang menuju rumahnya karena jarak antara kampus dan masjid sangatlah dekat, dan juga lewat masjid ini terdapat  jalan langsung untuk menuju arah dimana rumah sang dosen. Kagum dan lagi-lagi terkejut dengan sosok dosen yang dijamin tanggungan ekonominya oleh lembaga sebesar al-Azhar dengan penuh kesederhanaan beliau pun memberhentikan sebuah taxi khas mesir yang berwarna hitam dan terdapat ranjang besi di atasnya taxi ini mungkin bisa dibilang ekonomis karena tidak memakai tarif kargo. Taxi ini memakai tarif dengan sistem tawar menawar antara supir dan pelanggan yang hendak naik, lagi-lagi sungguh dosen yang benar-benar ikhlas dalam menjalankan profesinya yang mulia yaitu sebagai pembimbing para calon ulama atau bisa disebut muallim yang mukhlis, bukan satu atau beberapa dosen saja yang memiliki sikap tawadhu seperti itu. Bahkan, suatu ketika dimana para mahasiswa berdesakkan di bus 80 coret yang biasa dipakai oleh sebagian mahasiswa al-Azhar untuk pergi ke kampus, tidak ada yang mengetahui bahwa sang duktur sapaan bagi dosen yang sudah menyelesaikan S3  di al-azhar. Dengan penuh rasa tawadhu beliau pun ikut berdesak-desakkan dengan para mahasiswa yang saat itu tengah berada di dalam bus. byIrfan Faqihudin.

0 komentar:

Post a Comment