Sunday, September 2, 2012

,

Mahaguru Spektakuler BIOGRAFI DUA GURU K.H. NOER ALIE: GURU MARZUKI DAN SYEKH ALI AL-MALIKI


Mahaguru Spektakuler
BIOGRAFI DUA GURU K.H. NOER ALIE:
GURU MARZUKI DAN SYEKH ALI AL-MALIKI


Oleh: H. Irfan Mas’ud, MA

الآ لن تنال العلم الاّ بستة     #      سأنبيك عن مجموعها ببيان
 ذكاء وحرص واصطبار وبلغة     #     وإرشاد أستاذ وطول زمان
            Pada edisi kreasi sebelumnya, telah dimuat profil KH. Noer Alie, sang Singa Karawang Bekasi. Sumbangsih dan dedikasihnya yang teramat besar khususnya dibidang pendidikan, membuatnya memiliki tempat tersendiri di hati setiap orang yang mengenalnya, apalagi murid-muridnya. Mahaguru, mungkin itulah julukan dari kesekian julukan lainnya yang pantas disematkan pada beliau.
                Namun tetap saja, dunia ini hanyalah putaran dari sebab musabab. Kecerdasan dan kegigihan “si Belut Putih” -begitulah KH. Noer Alie kerap disebut- tak lepas dari pemilihan lingkungan dan pergaulan yang tepat. Di samping itu, orang-orang spektakuler yang menjadi gurunya pun memiliki pengaruh dan sumbangsih yang tak kalah besar terhadap kesuksesan beliau. Diantaranya adalah Guru Marzuki dan Syekh Ali maliki. Berikut kilasan biografi dan riwayat hidupnya:

·         K.H. AHMAD MARZUKI AL-BETAWI (1293 – 1353 H/1876 – 1934 M)

Nama lengkap beliau adalah “Ahmad Marzuki bin Syekh Ahmad al-Mirshad bin Khatib Sa’ad bin Abdul Rahman al-Batawi”. Ulama terkemuka asal Betawi yang bermazhab Syafi’i dan populer dengan sebutan Guru Marzuki. Ayahnya, Syekh Ahmad al-Mirshad, merupakan keturunan keempat dari kesultanan Melayu Patani di Thailand Selatan yang berhijrah ke Batavia. Guru Marzuki dilahirkan pada bulan Ramadhan tahun 1293 H/1876 M di Meester Cornelis, Batavia.

Masa Pertumbuhan dan Menuntut Ilmu

Pada saat berusia 9 tahun, Guru Marzuki ditinggal wafat ayahnya. Pengasuhannya pun beralih ke tangan ibunya yang dengan penuh kasih sayang membina sang putra dengan baik. Pada usia 12 tahun, Marzuki dikirim oleh sang ibu kepada seorang ahli fikih bernama Haji Anwar untuk memperdalam Al-Qur'ân dan ilmu-ilmu dasar bahasa Arab. Guru Marzuki kemudian melanjutkan pelajarannya mengaji kitab-kitab klasik (turats) dibawah bimbingan seorang ulama Betawi, Sayyid Usman bin Muhammad Banahsan. Melihat ketekunan dan kecerdasan Marzuki-muda, sang guru pun merekomendasikannya untuk berangkat ke Mekah al-Mukarramah guna menunaikan ibadah haji dan menuntut ilmu. Guru Marzuki yang saat itu berusia 16 tahun pun kemudian bermukim di Mekah selama 7 tahun.

Selama tidak kurang dari 7 tahun, hari-harinya di Tanah Suci dipergunakan Guru Marzuki dengan baik untuk beribadah dan menimba ilmu dari para ulama terkemuka di Haramain. Ulama Haramain yang sempat membimbing Guru Marzuki, antara lain: Syekh Muhammad Amin bin Ahmad Radhwan al-Madani (w. 1329 H.), Syekh Umar Bajunaid al-Hadhrami (w. 1354 H.), Syekh Abdul karim al-Daghistani, Syekh Mukhtar bin Atharid al-Bogori (w. 1349 H), Syekh Ahmad al-Khatib al-Minangkabawi (w. 1337 H.) dan lain-lain.

Ilmu yang dipelajarinya pun bermacam-macam, mulai dari nahwu, shorof, balaghah (ma‘ani, bayan dan badi‘), fikih, ushul fikih, hadits, mustholah hadits, tafsir, mantiq (logika), fara’idh, hingga ke ilmu falak (astronomi). Dalam bidang tasawuf, guru Marzuki memperoleh ijazah untuk menyebarkan tarekat al-‘Alawiyah dari Syekh Umar Syatta al-Bakri al-Dimyathi (w. 1331 H.) yang memperoleh silsilah sanad tarekatnya dari Syekh Ahmad Zaini Dahlan (w. 1304 H/1886 M.), Mufti Syafi’iyyah di Mekah al-Mukarramah.

Dalam disertasi doktoralnya di Fak. Darul Ulum, Cairo University (hal. 63 – 66), Daud Rasyid memasukkan Guru Marzuki sebagai salah seorang pakar hadits Indonesia yang sangat berjasa dalam penyebaran hadits-hadits nabi di Indonesia dan menjaga transmisi periwayatan sanadnya.

Sistem Mengajar dan Para Muridnya

Sesudah kembali ke tanah air, atas permintaan Sayid Usman Banahsan, Guru Marzuki mengajar di masjid Rawabangke selama 5 tahun, sebelum pindah dan menetap di Cipinang Muara. Di sinilah ia merintis berdirinya pesantren di tanah miliknya yang cukup luas. Santri yang mondok di sini memang tidak banyak, ditaksir sekitar 50 orang yang mayoritas datang dari wilayah utara dan timur Jakarta (termasuk Bekasi).

Guru Marzuki biasa mengajar muridnya sambil berjalan di kebun dan berburu bajing (tupai). Ke mana sang guru melangkah, ke sana pula para murid mengikutinya dalam formasi berkelompok. Setiap kelompok murid biasanya terdiri dari empat atau lima orang yang belajar kitab yang sama, satu orang di antaranya bertindak sebagai juru baca. Sang guru akan menjelaskan bacaan murid sambil berjalan. Setiap satu kelompok selesai belajar, kelompok lain yang belajar kitab lain lagi menyusul di belakang dan melakukan hal yang sama seperti kelompok sebelumnya.

Mengajar dengan cara duduk hanya dilakukan oleh Guru Marzuki untuk konsumsi masyarakat umum di masjid. Meskipun demikian, anak-anak santrinya lah yang secara bergiliran membacakan sebagian isi kitab untuk sang guru yang memberi penjelasan atas bacaan muridnya itu. Para juru baca itu kelak tumbuh menjadi ulama terpandang di kalangan masyarakat Betawi dan sebagian mereka membangun lembaga pendidikan yang tetap eksis sampai sekarang, seperti KH. Noer Alie (pendiri Pesantren Attaqwa, Bekasi), KH. Mukhtar Thabrani (pendiri Pesantren An-Nur, Bekasi), KH. Abdul malik (putra Guru Marzuki), KH. Zayadi (pendiri Perguruan Islam Az-Ziyadah, Klender), KH. Abdullah Syafi’i (pendiri Pesantren Asy-Syafi’iyyah, Jatiwaringin) dan ulama-ulama lainnya. Selain KH. Abdul Malik (Guru Malik), putera-putera Guru marzuki yang lain juga menjadi tokoh-tokoh ulama, seperti KH. Moh. Baqir (Rawabangke), KH. Abdul Mu’thi (Buaran, Bekasi), KH. Abdul Ghofur (Jatibening, Bekasi).

Guru Marzuki dan Jaringan Ulama Betawi

Dalam kajian Abdul Aziz, MA., peneliti Litbang Depag dan LP3ES, Guru Marzuki termasuk eksponen dalam jaringan ulama Betawi yang sangat menonjol di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 bersama lima tokoh ulama Betawi lainnya, yaitu: KH. Moh. Mansur (Guru mansur) dari Jembatan Lima , KH. Abdul majid (Guru Majid) dari Pekojan , KH. Ahmad Khalid (Guru Khalid) dari Gongangdia , KH. Mahmud Romli (Guru mahmud) dari Menteng , dan KH. Abdul Mughni (Guru Mughni) dari Kuningan-Jakarta Selatan .

Guru Marzuki beserta kelima ulama terkemuka Betawi yang hidup sezaman ini memang berhasil melebarkan pengaruh keulamaan dan intelektualitas mereka yang menjangkau hampir seluruh wilayah Batavia (Jakarta dan sekitarnya). Jaringan keulamaan yang dikembangkan oleh “enam pendekar-ulama Betawi” hasil gemblengan ulama haramain inilah yang kelak menjadi salah satu pilar kekekuatan mereka sebagai kelompok ulama yang diakui masyarakat dan telah berjasa menelurkan para ulama terkemuka Betawi selanjutnya.

Wafatnya
Guru Marzuki —rahimahullah wa ardhahu— wafat pada hari Jumat, 25 Rajab 1353 H. Pemakaman beliau dihadiri oleh ribuan orang, baik dari kalangan Habaib, Ulama dan masyarakat Betawi pada umumnya, dengan shalat jenazah yang diimami oleh Habib Sayyid Ali bin Abdurrahman al-Habsyi (w. 1388/1968) .

Di masa hidupnya, Guru Marzuki dikenal sebagai seorang ulama yang dermawan, tawadhu’, dan menghormati para ulama dan habaib. Beliau juga dikenal sebagai seorang sufi, da’i dan pendidik yang sangat mencintai ilmu dan peduli pada pemberdayaan masyarakat lemah; hari-hari beliau tidak lepas dari mengajar, berdakwah, mengkaji kitab-kitab dan berzikir kepada Allah swt. Salah satu biografi beliau ditulis oleh salah seorang puteranya, KH. Muhammad Baqir, dengan judul Fath Rabbil-Bâqî fî Manâqib al-Syaikh Ahmad al-Marzûqî.
·         
SYEKH MUHAMMAD ALI AL-MALIKI (1287 – 1367 H/1870 – 1948 M)

Nama lengkap beliau adalah “Muhammad Ali bin Husain bin Ibrahim bin Husain bin ‘Abid al-Makki al-Maliki, berasal dari keturunan Maroko yang lahir dan menetap di Mekah. Syekh Muhammad Ali al-Maliki dikenal sebagai “Mahaguru pada masanya” (Syaikh masyayikh ‘ashrihi), dan karena kepakarannya yang tak tertandingi dalam bidang gramatika bahasa Arab, dijuluki sebagai “Sibawaihi zamannya” (Sibawaihi zamânihi).

Syekh Al-Maliki dilahirkan di kota Mekah pada tahun 1287 H/1870 M dan meninggal di kota Tha’if pada tahun 1367 H/1948. Di antara guru-guru yang membekalinya ilmu-ilmu keagamaan dan tatabahasa Arab adalah saudaranya sendiri yang saat itu menjabat sebagai mufti mazhab Maliki di Mekah, Syekh Abid bin Husain al-Maliki (w. 1292 H) . Salah satu karyanya adalah “Tadrîb ath-Thullâb fi Qawâ‘id al-I‘râb”,.  Di samping menguasai fikih Maliki, beliau juga mendalami dan menguasai fikih Syafi’i di bawah bimbingan seorang faqih shufi, Syeikh Sayyid al-Bakri Syatta (lahir 1310 H), pengarang kitab I‘anah ath-Thalibin, sebuah kitab fikih Syafi’i yang menjadi buku daras di berbagai pesantren di Indonesia, termasuk di Pesantren Tinggi Attaqwa. Dan masih banyak ilimu-ilmu lainnya seperti ilmu hadis dan tashawuf,yang semakin membuatnya sangat layak untuk disebut dengan Mahaguru.

Setelah menamatkan pelajarannya di bawah bimbingan para ulama Haramain terkemuka di masanya, Syekh al-Maliki mendermakan ilmu dan hidupnya mengajar di Masjidil Haram dan Madrasah Darul Ulum, Mekah, yang didirikan oleh ulama-ulama haramain asal Melayu-Nusantara, dan menjabat sebagai pimpinan para syekh (Syaikhul Masyayikh) sejak pertama kali madrasah tersebut berdiri pada tahun 1933 . Kepakarannya di berbagai bidang ilmu-ilmu keislaman dan tata-bahasa Arab, menjadi magnet tersendiri bagi para pelajar Arab dan non-Arab —bahkan tidak sedikit yang sudah bergelar ulama— yang datang berguru kepadanya. Sehingga tidak berlebihan bila dikatakan bahwa hampir seluruh ulama Hijaz dan para penuntut ilmu dari Melayu-Nusantara (yang mencakup Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand Selatan dan Brunei) yang menjadi muridnya. Salah satunya adalah Syekh Hasan al-Masysyat (w. 1399 H). Adapun murid-murid beliau yang berasal dari Indonesia, antara lain: Syekh Muhsin al-Musawa (w. 1354 H.) , “Enam Pendekar-Kiyai Betawi” (Guru Mansur, Guru Majid, Guru Romli, Guru Marzuki, dan Guru Mughni), Musnid ad-Dunya Syekh Muhammad Yasin al-Fadani (w. 1990) , KH. Noer Alie (w. 1992 M.) dan lain-lain.

Hubungan Syekh Ali Maliki dengan KH. Noer Alie

Hubungan K.H. Noer Ali dengan guru yang satu ini memang agak lebih istimewa dibandingkan dengan guru-gurunya yang lain di Haramain. Keistimewaan itu terlihat karena Guru Marzuki yang juga murid Syekh Ali al-Maliki, diduga kuat telah merekomendasikan KH. Noer Alie untuk melanjutkan pelajarannya langsung di bawah bimbingan Syekh al-Maliki yang pernah menjadi gurunya di Mekah.

Selain itu, keistimewaan Syekh al-Maliki bagi KH. Noer Alie juga terlihat dari beberapa ijazah hizb dan wirid yang didapatkannya langsung dari Syekh Ali al-Maliki. Ijazah (sertifikasi) wirid dan hizb ini menunjukkan inisiasi Syekh Ali al-Maliki dan para ulama di masanya pada tasawuf-sunni —lawan dari tasawuf falsafi— yang berupaya mengharmonisasikan antara aspek lahiriah-eksoteris (syariat) dan zuhud-esoteris (hakikat), suatu upaya yang kemudian diikuti dengan setia oleh murid-muridnya, termasuk KH. Noer Alie dan para murid beliau yang setia.

Wallâhu A‘lam.
Continue reading Mahaguru Spektakuler BIOGRAFI DUA GURU K.H. NOER ALIE: GURU MARZUKI DAN SYEKH ALI AL-MALIKI

Universitas Al Azhar Tanta


kuliah tidak jauh berbeda dengan tempat kuliah yang berada di kairo, namun ada sedikit perbedaan tempat  saja, tempat perkuliahn di tanta dosen yang berada di depan dan para mahasiswa duduk dengan bangku yang berbentuk panjang. Dalam bemuamalah dengan para mahasiswa Mesir masih sangatlah baik, para mahasiswa Mesir yang sangatlah baik membantu para mahasiswa asing dalam menempuh belajar diMesir ini, karena mereka selalu memberikan informasi yang mereka dapat kepada para mahasiswa asing dan kita pun juga jangan terlalu malu untuk bertanya kepada para mahasiswa Mesir, karena jika kita baik kepada mereka kita pun akan mendapat perlakuan yang baik dari mereka.

DPD PPMI TANTA

Tanta sebagi salah satu tujuan para masisir untuk berkuliah di al azhar tanta memiliki wadah persatuan yaitu DPD PPMI Tanta yang telah eksis lebih dari 10 tahun.para mahasiswa tanta akrab dengan sebutan, Masita adalah singkatan dari mahasiswa tanta, maksudnya ialah para mahasiswa Indonesia yang berada di tanta, jumlah mahasiswa Indonesia yang berada di tanta pada saat ini berjumlah sekitar 131 orang, mereka berasal dari berbagi profinsi di Indonesia. Kantor secretariat DPD PPMI Tanta tidak terlalu jauh dari kuliah, yaitu berada di belakng kuliah tanta, yang berada di lantai lima, gedung tersbut diisi oleh para mahasiswa mesir dan juga disi oleh mahsiswa Indonesia.

DPD PPMI Tanta dalam memberikan pelayanan kepada masyaraktnya, memberikan program program yang mendidik kepada para mahasiswa tanta diantaranya ialah dengan mengadakan diskusi yang dilakukan setiap minggu tepatnya pada malam jumat slepas shalat magrib, yang di bebankan kepada dua badan otonom yaitu IMS dan IMU, forum diskusi ini dilakukan bergiliran antara fakultas Ushuludin dan Syarian setiap 2 minggu sekali. Dan kegiatn lainnya yaitu kegitan olah raga yang dilakukan setiap hari sabtu pagi yang bertempat di stadion tanta.

DPD PPMI Tanta dalam proses belajar, membrikan pula fasilitas belajar dengan Ustadz yang mengajr di kuliah Al Azhar Tanta, diantaranya ialah pengajian Hadits yang diisi oleh DR Abdullah nama kitabnya ialah Nuzhatul Muttaqin yang di laksanakan setiap senin malam selasa selepas salat isya, dan pengajian Fiqih oleh Ustadz Tohir Fakhron membaca kitab Fiqih Al bajuri yang dilaksankan setiap selepas ashar pada hari rabu.

KONDISI MASYARAKAT

Kebanyakan masyarakt tanta berada di wilayah suber bay, jarak antara rumah satu dengan yang lain tidaklah terlalu jauh, dan untuk memberikan informasi kepada kawan maupun untuk berziarah tidaklah terlalu sulit. Selain masyarkat yang tinggal di suber bay ada juga sebagian masyarakat yang berada di luar suber bay, yaitu di ma’rad, kubri qohafah, jumhuriyah, namun jumlah yang berada diluar tanta tidak sebanyak yang tinggal di Suber Bay.

Tempat tinggal yang dekat membuat rasa persaudaraan antar sesama orang Indonesia menjadi lebih akrab, rasa kekeluargaan masihlah terasa, terutama ketika diadakan acara yang bersifat besar para masyarkat tanta sangatlah antusias sekali dalam mengikuti acara yang diberikan ole DPD Tanta. Penduduk mesir yang berada di tanta sangatlah baik kepada masita, diantara salah satu kebaikan yang diberikan kepada masita ialah  di berikan sumbangan sembako yang diberikan setiap bulan kepda masita dan sembako ini sudah rutin dilkukan dari tahun- tahun sebelumnya, dan juga pemberian musaadah yang diberikan oleh Doctor Abdullah kepada masisir tanta pada bulan ramdhan yaitu dengan mengadakan buka bersama pada bualan Ramadhan dengan para mahasiswa asing yang berada di tanta.

Hubungan Baik Dengan Negara Tetangga

Dengan pergolakan yang memanas antara Indonesia dengan Malaysia tidaklah berpengaruh dengan hubungan perkawanan para masita dengan para mahasiswa asal Malaysia, persaudaraan masihlah tetap terus berjalan, dan para mahasiwa Malaysia pun ada diantara mereka yang masih memiliki hubungan persaudaraan dengan Indonesia, karena diantaram mereka ada yang masih berketurunan dari suku yang ada di Indonesia, diantaranya ialah suku jawa, suku bugis, dan lainnya.

Jumlah mahasiwa Malaysia yang menetap di tanta melebihi jumlah masita, mereka pada saat ini berjumlah sekitar 600 orang, yang berasal dari negeri yang berada di Malaysia. Mereka terkumpul dalam wadah PMRAM, kantor secretariat mereka berada di kawasan ma’rod, ditempat tersebutlah mereka mengadakan kegiatan kegiatan yang bersifat akademik dan juga pengajian pengajian.

Para  pelajar Malaysia yang berada di tanta kebanyakan diantara mereka ada  bermukim di kawasan suber bay, para pelajar Malaysia ada diantara mereka yang tinggal di imaroh yang berpenghuni seluruh pelajar Malaysia, dan sebagian yang lain tersebar tinggal di kawasan kota tanta, seperti di ma’rod kubri qohafah, jumhuriah, tanta scan dan sayyid nawi. Dengan populasi meraka yang banyak mereka pun tersebar di daerah- daerah tersebut, dan ada pula sebagian mahasiswa mahasiswi mereka yang berkuliah di kuliah kedokteran yang berada di tanta.

Selain mahasiswa Malaysia ada juga mahasiswa dari Thailand, namun jumlah merka tidaklah sebnayak jumlah mahasiwa Indonesia dan juga mahasiswa Thailand, sebagian mereka menetap tinggal dikairo, suasana persaudaraan begitu tersa ketika bulan puasa tiba, berbaurnya mahasiswa Indonesia , Malaysia dan Thailand sangatlah tersa persaudaraan sesama muslim.
Continue reading Universitas Al Azhar Tanta

Korikaawati Unjuk Kebolehan dalam Festival Qasidah


Setiap tahunnya, Korikaawati yang merupakan kepanjangan dari Korps Ikatan Keluarga Alumni Attaqwa Puteri mengadakan acara besar sebagai ajang silaturahmi alumni pondok pesantren Attaqwa Pusat Puteri. Pada tahun ini, ada dua acara besar yang disiapkan Korikaawati. Kepanitiaan kali ini dipercayakan kepada alumni tahun 1983 (Ustazh. Hh. Nuri'nayah dan kawan-kawan).

Acara besar pertama adalah festival qasidah. Pada tahun lalu, festival qasidah diadakan secara bersamaan dengan acara temu alumni dan maulid Korikaawati. Namun, pada tahun ini acara yang dihandle oleh Ustazh. Hj. Nurhayati, SH ini dibedakan menjadi dua bagian antara festival dengan maulid, tepatnya sebelum acara inti pada tanggal 3 Mei 2009 setelahnya.

Acara ini berlangsung selama dua hari, terhitung dari hari Sabtu, 25 April 2009 yang merupakan pembukaan acara tersebut, hingga ditutup pada hari Minggu, 26 April 2009 dan bertempat di gedung Auditorium Pondok Pesantren Attaqwa Puteri. Dan untuk para pemenang, akan diumumkan pada acara temu alumni dan maulid Korikaawati di Jatiluhur nanti.

Festival qasidah pada hari pertama disambut dengan antusias oleh para alumni yang mengustus para andalannya untuk mewakili setiap angkatan. Tentunya utusan yang dipilih adalah para ahli dalam memainkan rebana. Setiap angkatan, dimulai dari angkatan termuda hingga yang tertua tak mau kalah menunjukkan kepiawaiannya memainkan rebana. Semuanya berusaha menampilkan yang terbaik dalam aksi tabuh rebananya.

Acara besar kedua adalah temu kangen alumni dan maulid Korikaawati yang berlangsung pada hari Minggu, 3 Mei 2009 di Taman Wisata Graha Tirta Jatiluhur, Purwakarta. Ketua panitia dipercayakan kepada Ustazh. Hh. Nur'inayah.

Keberangkatan menuju lokasi acara, dibagi menjadi dua tempat berkumpul. Tempat pertama adalah Pondok Pesantren Attaqwa Putra, dan yang kedua bertempat di Islamic Centre, Bekasi. Rombongan bersama-sama berangkat menuju lokasi Pada pukul 08.00 WIB dan tiba pukul 10.00 WIB.
Selain para alumni Attaqwa Putri, acara ini pun dihadiri oleh para Ibu Majelis taklim dari seluruh penjuru mushalla Ujungharapan yang tergabung dalam Majelis taklim Rusydatul Ummah.

Acara dimulai dengan pembukaan, setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan maulid  yang diiringi tabuhan rebana. Kemudian sambutan oleh Ustzh. Hh. Atiqah Noer Ali, MA sekaligus mengumumkan para pemenang Festival qasidah antar alumni. Pada saat itu, para pemenang festival qasidah pun diumumkan. Terlihat ketegangan para peserta mendengar pengumuman tersebut. Para pemenang dibagi mejadi dua kategori, kategori Senior dan junior. Kategori senior dimulai dari angkatan tahun pertama hingga angkatan 1990. Sedangkan kategori junior dimulai dari angkatan 1991 sampai angkatan 2008.

Pemenang kategori Senior:
Juara 1                        : Angkatan 1988 (Ustazh. Nurussa'adah)
Juara 2                        : Angkatan 1984 (Ustazh. Ani Kholid)
Juara 3                        : Angkatan 1980 (Ustazh. Abidah)
Harapan 1       : Angkatan 1989 (Ustazh. Yayah Shobariah)
Harapan 2       : Angkatan 1982 (Ustazh. Wardah Khoir)
Harapan 3       : Angkatan 1987 (Ustazh. Ni'mah)

Pemenang kategori Junior:
Juara 1                        : Angkatan 1991 (Mutmainnah Ma'ruf)
Juara 2                        : Angkatan 2003 (Nurseha & Yayah Fajriah)
Juara 3                        : Angkatan 1996 (Ustazh. Ika Barkah)
Harapan 1       : Angkatan 1992 (Ustazh. Rifqiyati Mas'ud)
Harapan 2       : Angkatan 2001 (Nuryati & Fatimatuzzahrah)
Harapan 3       : Angkatan 1990 (Nihayah Sanif)
Setelah istirahat sejenak untuk shalat dzuhur, acara dilanjutkan dengan lomba-lomba yang disiapkan panitia untuk menghibur para hadirin, diantaranya lomba meniup balon. Ada perlombaan yang paling unik, yaitu lomba pantun. Setiap peserta menyampaikan pantunnya dan akan dibalas oleh peserta lain. Peserta akan dianggap kalah jika tidak bisa membalas pantun yang diajukan.

Acara ini berlangsung cukup meriah hingga setiap peserta merasa terhibur dan rindu kebersamaan di pondok tercinta itu pun terobati. "Acaranya cukup ramai, meskipun saya tidak merasakan lagi serunya lomba tarik tambang, lomba bakiyak dan lomba I'rab kitab seperti pada tahun yang lalu, namun semua itu terbayar dengan melihat senyum para guru yang terukir indah di balut teduh wajah beliau". Ungkap puitis Ika Komariah, Alaumni 2007 melihat para guru yang bersuka ria.
Continue reading Korikaawati Unjuk Kebolehan dalam Festival Qasidah

Pramuka Attaqwa Ikut serta di PERKASA II


Kepramukaan Pondok Pesantren Attaqwa Putra dipercayakan kembali menjadi salah satu utusan kab. Bekasi untuk kontingen Jawa Barat dalam rangka Perkemahan Pramuka santri Nusantara yang digelar di Bumi Perkemahan H. Mashudi atau lebih dikenal dengan Bumi Perkemahan Kiarapayung, Jati Nangor Sumedang Jawa Barat,  yang berlangsung dari tanggal 15 hingga 20 Juni 2009 yang diikuti oleh 6.000 santri dari 800 pesantren se-Indonesia, ini merupakan tahun kedua. Tahun pertama dilaksanakan tanggal 11 hingga 14 September 2006, di Bumi Perkemahan Cibubur Jakarta. Event tingkat Nasional ini merupakan kerjasama antara Departemen Agama dengan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Gugus depan kepramukaan Pondok Pesantren Attaqwa Putra dalam kegiatan Perkasa II ini mengirim satu sangga dan satu Pembina pendamping A. Sofyan, S. Sos. Adapun anggota sangganya adalah sebagai berikut: Eko Apriyanto, A. Daud, A. Syauqie Muharrom,  Imaduddin, Khotibul Umam, Minfadillah, A. Said Mubarok,  A. Hannani, Mahfudz, Radhitya Okvien.

Kegiatan Perkasa II ini dibuka langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Senin (15/6). dalam sambutannya beliau mengatakan, Gerakan Pramuka di pondok pesantren perlu didukung oleh semua pihak sebagai bagian dari revitalisasi Gerakan Pramuka Nasional. 


"Pramuka Santri punya potensi dalam membangun karakter bangsa Indonesia serta mendukung terciptanya SDM yang tangguh, berdaya saing dan mempunyai keimanan dan ketakwaan yang kuat," kata Yudhoyono.


Tema perkemahan ini adalah Pramuka Santri Indonesia bertekad untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika. Adapun mottonya yaitu Satyaku kudharmakan, dharmaku kubaktikan.

Tema dan motto tersebut mengindikasikan bahwa Perkemahan Santri Nusantara berorientasi menghasilkan kaum santri yang tinggi semangat kebangsaannya, kokoh ikatan persatuan dan kesatuan indonesianya, serta tidak tergoyahkan tekad bela negaranya. Hal ini sejalan pula dengan revitalisasi gerakan pramuka yang dicanangkan presiden RI pada 14 Agustus 2006.

Itulah sebabnya pula, tidak hanya pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan pada kegiatan perkemahan ini. Kegiatan-kegiatan yang diagendakannya meliputi: pengenalan ilmu dan teknologi, pengenalan ilmu kesakaan, uji petualangan, teknik kepramukaan, dan pembekalan keterampilan.


Menteri Agama M Maftuh Basyuni menutup Perkemahan Pramuka Santri Nusantara 2009 di Bumi Perkemahan Kiarapayung Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Jabar, Sabtu (20/6). 


Penutupan kegiatan perkemahan ini ditandai dengan penanggalan lencana peserta Perkemahan Pramuka Santri Nusantara 2009 serta pencabutan kapak Bhinneka Tunggal Ika.



Menteri Agama dalam sambutannya menyatakan komitmennya untuk mendorong pengembangan Pramuka Santri di pondok-pondok pesantren di Indonesia. Dalam kesempatan itu, Menag menginstruksikan seluruh jajaran Kanwil Depag di daerah untuk menggarap dan mendorong optimalisasi Pramuka Santri sebagai salah satu potensi dalam meningkatkan peran sosial pesantren. 


"Perkemahan Pramuka Santri merupakan momentum penting untuk meneguhkan komitmen membangun nilai patriotisme dan etos kerja yang tinggi namun tetap mengusung kesederhanaan," kata Maftuh Basyuni.

Prestasi yang diraih Pramuka Pon-Pes Attaqwa Putra adalah mendapatkan Juara 1 lomba MADING adapun prestasi yang dicapai dari Perkemahan Santri Nusantara 2009 antara lain pemecahan Rekor MURI kategori parade semaphore dengan peserta terbanyak (5.000 orang) serta tereksposnya seni dan budaya khas daerah. Selain itu, juga dilakukan penanaman 113 jenis pohon khas daerah yang dilakukan di Taman Bhinneka Tunggal Ika di kompleks Perkemahan Kiarapayung Jatinangor.
Continue reading Pramuka Attaqwa Ikut serta di PERKASA II