Saturday, April 12, 2014

,

Aliran Tijaniyah: Sebuah Thariqah yang kontroversial



 ALIRAN TIJANIYAH
Sebuah Thariqah yang kontroversial[1]
Oleh: Rizal Fahlevi Matsani[2]

I. Pendahuluan

Bismillahirrohmanirrahim.
Puji serta Syukur semoga senantiasa kita panjatkan kepada Allah Swt..
Shalawat dan Salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad Saw., para Sahabatnya,  dan Pengikutnya. Mudah-mudahan kita menjadi pengikutnya hingga akhir zaman.

Al-Qusyairi meriwayatkan bahwa Al-Junaid berkata,”Tasawwuf adalah penyucian diri bukanlah banyak shalat dan puasa, melainkan keikhlasan penuh dan sikap tidak mementingkan diri sendiri. Itu pun bukan jalan yang ditempuh para imam yang dikenal sangat menekankan zuhud dan warak, dengan mengenyampingkan kewajiban-kewajiban agama.

Thariqah Tijaniyah menurut penulis adalah sebuah thariqah yang kontroversial. Hal ini terbukti Ketika kita membaca buku-bukunya kita akan mendapati  bagaimana dogma-dogma Tijaniyah yang cukup kontroversi diantara para ulama seperti, meyakini tentang Wihdatul Wujud, suatu keyakinan yang cukup mencengangkan dengan mempercayai bahwa pencipta adalah sekaligus makhluk ciptaannya, sebaliknya hamba itu dapat menjadi pencipta dengan bersatunya tuhan kepada dirinya, atau dalam istilah jawanya manunggaling kawula lan  gusti. Dan banyak lagi dogma-dogmanya yang perlu kita telaah lebih lanjut agar tidak ada ketimpangan didalam berpikir.


II. Aliran Tijaniyah

1). Biografi Pendiri Aliran Tijaniyah

Namanya yaitu syekh Abu Al-Abbas Ahmad bin Muhammad( nama panggilan: Abu Amr) bin Mukhtar bin Ahmad bin Muhammad bin Salim At-Tijani Al-Midhawi bin Al-‘Aid bin Salim bin Ahmad (nama panggilan: ‘Ilwani) bin Sayyidi Ahmad bin Sayyidi ‘Ali bin ‘Abdullah bin Al-‘Abbas bin Abdul Jabbar bin Idris bin Idris bin Ishaq bin ‘Ali Zainal Abidin bin Ahmad bin Muhammad (nama panggilan: An-Nafs Al-Zakiyah) bin ‘Abdullah Al-Kamil bin Hasan Al-Matsna bin Hasan As-Sabath bin Imam ‘Ali bin Abu Thalib Ra.. Adapun At-Tijani menunjukkan  bahwa syekh Abu Al-Abbas keturunan dari bani Tawjin (Ashabul Tahirah)[3]dan Takamud dari bangsa Barbar. Dan Al-Mudhawi di ambil dari nama desa ‘Ain Madhi yang terkenal dengan daerah padang pasirnya di negri Maghribi. Nasab keluarganya sangat baik hal ini terbukti di sebutkan di dalam kitab Jawahir Al-Ma’ani dan kitab Bughyah Al-Mustafid. Adapun kelompoknya atau pengikutnya dari bani Zabyan kerajaan Talmasan dan bani Maryan, kerajaan Magrib Al-Aqsho.

Adapun dari kitab Tijaniyah  dikatakan bahwa nasabnya berakhir pada  Muhammad bin Abdullah bin Al-Hasan bin Imam Hasan bin Ali Ra. Bin Abi Thalib.  Syekh Ahmad Tijani lahir pada tahun 1150 H, atau tepatnya pada tahun 1737 M, di desa ‘Ain Madhi[4]. Adapun bapaknya yaitu Abu ‘Abdullah Muhammad bin Muktar wafat pada tahun 1166 H. ibunya ‘Aisyah binti Muhammad bin Sanusi At Tijani Al-Madhawi wafat bersama suaminya di daerah Tho’un.[5]

Syekh Ahmad At-Tijani sudah hapal Al-Qur’an pada umur 7 tahun[6], kemudian setelah hapal Al-Qur’an, ia mulai mempelajari ilmu Syari’ah dan Sastra. diantara buku yang ia baca yaitu: Mukhtasor Kholil, Ar-Risalah dan Muqoddimah Ibnu Rusyd, adapun fiqihnya yaitu mazhab Malikiyah. Setelah itu, ia mulai mengkonsentrasikan dirinya kedalam dunia Tasawwuf. Dia juga bayak melakukan perjalanan rohani diantaranya:

1). Perjalanan Pertamanya ke Fasa

Setelah wafat orang tuanya di Tha’un pada tahun 1166 H. ia mulai memfokuskan diri belajar di daerah tempat tinggalnya(‘Ain Madhi). Akan tetapi pada umur 21 tahun,pada tahun 1171 H, ia memutuskan untuk melakukan perjalan ke daerah Fasa yang telah ia dengar dari hadits, disana ia bertemu dengan Thayyib bin Muhammad Al-Yamlahi[7]. Dan dari beliau syekh Ahmad Tijani mengambil thariqahnya dan meminta izin  didalam talqin dan wiridnya. Setelah itu syekh Ahmad Tijani bertemu juga dengan Muhammad bin Al-Hasan Al- Wanjali akan tetapi ia tidak mengambil apapun darinya dan juga ia bertemu dengan syekh Abdullah Ibnu Al-‘Arabi Al-Mad’u ibnu ‘Abdullah.[8] Kemudian mengambil thariqah syekh Abdul Qadir Jaelani [9]dari seorang yang menekuni thariqahnya pada saat itu. Kemudian ia mengambil thariqah An-Nashriyyah dari syekh Ubay ‘Abdullah Muhammad bin ‘Abdullah At-Tijati. Kemudian mengambil thariqah Abu Al-Abbas Ahmad bin Habib bin Muhammad[10], dari seorang syekh yang menekuni thariqah tersebut. Kemudian ia mengambil thariqah Ahmad Thawasy. Kemudian dari Maghribi ia pergi ke arah padang pasir bermaksud untuk ke ruang kecil tempat sholat ‘Abdul Qodir bin Muhammad Al- Abyadh, setelah itu ia pergi ke Talmasan.

2). Perjalanan ke Mekkah

Setelah dari Talmasan ia menuju ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah Haji. Didalam perjalanannya ia singgah di Tunisia pada tahun 1186 M. lalu disana ia bertemu dengan syekh Abdurrahman Ar-Rahwi,  di Tunisia ia mempelajari kitab Al-hikam Al-‘Athoiyah[11]. Setelah itu ia melanjutkan perjalanannya dan mampir sebentar di Cairo, lalu ia bertemu dengan syekh Mahmud Kurdi. Dari Mesir ia menuju ke Mekkah tepatnya pada bulan Syawal tahun 1187 H. Lalu ia bertemu dengan syekh Ahmad ibn ‘Abdul Hadi Al-Hindi[12]di Mekkah.
Setelah hajinya selesai ia menuju ke Madinah untuk berziarah ke makam Rasulullah Saw. dan para sahabatnya Ra., disana ia bertemu dengan syekh Abi ‘Abdullah Muhammad ibn ‘Abdul Karim Al-Syahir Al-Samaniyah Ra.. Ketika semua urusannya di Mekkah selesai, ia memutuskan untuk pulang  ke Talmasan, tetapi diperjalanan pulangnya ia mampir sebentar ke makam syekh Mahmud Al-Kurdi, lalu ia mengambil thariqah Al-Khalwatiyah dan diizinkan didalam mempelajari thariqah tersebut, setelah dari Mesir ia ke Tunisia lalu ke Talmasan pada tahun 1188 H.

3). Perjalanan keduanya ke Fasa

Pada tahun 1191 H, ia memutuskan untuk ke Fasa yang kedua kalinya, dengan tujuan ingin ziarah ke makam syekh Idris, dan dijalan ia bertemu dengan khalifah ‘Ali Harazim Pengarang kitab Jawahir Al-Ma’ani di kota Wajdah[13]. Setelah itu ia memutuskan untuk pulang ke Talamasan.

Pada tahun 1196, ia melanjutkan perjalanannya ke istana Abu Samghun dan air terjun di padang pasir daerah timur, disana ia berkhalwat dan memfokuskan diri untuk ibadah kepada Allah Swt..

Wafatnya

Ia wafat pada hari Kamis  tanggal 17, bulan Syawwal tahun 1230 H/1815 M. ia meninggal pada umur 80 tahun. ia wafat sesudah shalat Shubuh ketika ia berbaring dan meminta air,setelah ia minum barulah ia menghembuskan nafas terakhirnya. Ia dikuburkan di sebuah ruangan kecil yang terkenal di Fasa. Akan tetapi didalam kitab Al-Saif Al-Maslul dikatakan bahwa banyak perselisihan tentang tahunnya, seperti dikitab Jawahir Al-Ma’ani bahwa meninggalnya pada tahun 1160 H, ada yang mengatakan pada tahun 1196 H.

Perkembangan Thariqah Tijaniyah dan Sebab-Sebab Tersebarnya.

Setelah  melakukan rihlah rohaninya dan bertemu dengan berbagai macam ulama, sekaligus mengambil berbagai macam thariqahnya.pada tahun 1196 H disebuah tempat/istana yang bernama Samghun[14]. Ia mencetuskan sebuah thariqah baru yaitu thariqah Tijaniyah. Disana ia mendapatkan izin/ doa restu dari Rasulullah Saw. yang diceritakan bahwa ia bertemu dengan Rasulullah Saw. dalam keadaan sadar ketika ia melakukan khalwat. Hal ini ditandai dengan adanya wirid dan shalawat Al-Fatih yang konon datangnya dari Rasulullah Saw..[15]
Didalam kitab At-tijaniyah dikatakan bahwa thariqah ini, thariqah sesat. Hal ini dikarenakan perkataan imam Tijani yang mengatakan bahwa thariqah ini dicetuskan oleh Rasulullah Saw. dengan cara bertemu dan berbicara dengannya. Dan dikatakan bahwa syekh At-Tijani mendapatkan wahyu bukan dari Rasulullah Saw. melainkan dari syetan yang menyamar menjadi Rasulullah Saw.. sebagaimana firman Allah Swt.:

شيا طين الا نس و الجن يو حي بعضهم الي بعض ز حرف
 القول غرورا ولو شاء ربك ما فعلوه فذ رهم وما يفترون[16]

“Setan-setan manusia dan Jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan indah sebagai tipuan. Dan kalau tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya, maka biarkanlah mereka bersama apa(kebohongan) yang mereka ada-adakan”.

Setelah itu thariqah ini berkembang ditangan para pengikutnya sampai menguasai sebagian besar wilayah benua Afrika, dan sekarang pengikut tersebarnya diwilayah Afrika bagian barat seperti: Senegal, Nigeria, Moritania, dan Maghribi. Akan tetapi terdapat pula diwilayah lain seperti : Mesir, Sudan, dan sebagian negara arab.

Sebab-sebab berkembangnya yaitu:
1). Syekh Tijani hidup pada masa dimana ilmu pengetahuan sedikit atau di sebut masa itu masa kebodohan dan juga banyak pemaksaan dimana-mana.
2). Syekh Tijani lebih cenderung menyukai akal, sehingga banyak pengikutnya menyukai hal tersebut. dan sering melakukan penyerupaan kepada Al-Qur’an dan hadits nabi Muhammad Saw..
3). Mendapatkan legalitas dari Khalifah Sulaiman ( khalifah Maghribi).[17]  
4). Tersebarnya thariqah ini karena memberikan jaminan masuk syurga kepada pengikutnya yang tidak didapatkan dithariqah manapun[18]

Aqidah-Aqidah Aliran Tijaniyah

A). Aqidah Aliran Tijaniyah Tentang Hal-Hal yang Terkait dengan Ketuhanan.

1). Mayoritas pemeluk thariqah ini meyakini aqidah Wihdatul Wujud. Yaitu suatu keyakinan yang substansinya mengajarkan bahwa sang pencipta adalah juga sekaligus makhluk ciptaannya dengan arti bahwa sang pencipta menyatu dengan makhluknya. Dalam istilah Jawa dikenal dengan istilah Manunggaling Kawula lan Gusti ( bersatunya hamba dengan tuhan).
Dalilnya:

a). didalam kitab Maydan Al-Ifdhal disebutkan , bahwa Allah Swt. bukanlah sebuah substansi yang mutlak baginya, dan substansi Allah Swt. memerlukan seluruh bentuk makhluknya. Dan bentuk/substansi Allah Swt. menyatu dengan seorang hambanya.

b). Alam semesta termasuk penciptanya, adalah sebuah partikel-partikel yang berbeda wujud dan fungsionalnya, yang kemudian menyatu dan membentuk sebuah wujud yang khusus. seperti sebuah substansi atau wujud manusia yang semua partikel dan fungsionalnya berbeda menjadi satu, Dan membentuk sebuah wujud yang khusus.   

2). Para pemeluk thoriqot ini berkeyakinan, bahwa para syekh dan nabi-nabi
mampu mengetahui rahasia alam ghaib. hal ini sesuai dengan yang ditulis di dalam kitab mereka, diantaranya:

Didalam kitab Rammah Hizb Ar-Rahim[19] dikatakan: seharusnya seorang murid harus percaya tentang apapun yang terkait dengan syekhnya diantaranya: pernyataan bahwa syekhnya bisa melihat alam ghaib.[20]
Dalilnya:

Firman Allah Swt.:

عا لم الغيب فلا يظهر علي غيبه احدا الا من ار تضي من رسول[21]

“Dia mengetahui yang ghaib, tetapi dia tidak memperlihatkan kepada siapapun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada rasul yang di ridhainya”.

Tafsirnya didalam kitab Jawahir Al-Ma’ani yaitu:
Bahwa Allah Swt.  mengeluarkan/ memberitahu didalam hati hambanya dengan cara menyampaikannya tanpa sesuatu yang bisa dinalar oleh panca indra, tidak ada perantara, dan tidak bisa dilogikakan, itulah yang disebut ilmu ladduni Allah Swt., akan tetapi ilmu ini bisa didapat dengan cara diperantarai oleh Rasulullah Saw. tanpa rasul-rasul yang lainnya.

Didalam kitab Durrah Al-Khoridah dikatakan bahwa pengetahuan tentang alam ghaib tidak akan bisa didapat tanpa Allah Swt. memberikannya. Akan tetapi keistimewaan pengikut thariqah Tijaniyah, pengikutnya bisa mendapatkan Ilmu Ladduni dengan perantara Rasulullah Saw..  

B). Aqidah Aliran Tijaniyah Tentang Al-Qur’an, Kerasulan, dan Hari Akhir

1). Aqidah Aliran Tijaniyah Tentang Hal-Hal yang Terkait dengan Al-Qur’an

- mereka beranggapan bahwa shalawat  Al-Fatih itu lebih utama dibandingkan membaca Al-Qur’an. Didalam kitab Jawahir Al-Ma’ani dikatakan bahwa: aku diperintahkan oleh Rasulullah Saw.untuk selalu membaca shalawat Al-Fatih, lalu aku bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang keutamaan didalam membaca shalawat Al-Fatih. Kemudian Rasulullah Saw. menjawab bahwa keutamaanya, yaitu membaca shalawat al-fatih seperti membaca Al-Qur’an enam kali. Lalu memberitahuku lagi bahwa membaca shalawat Al-Fatih seperti membaca seluruh tasbih (dzikir ataupun doa) yang diambil dari Al-Qur’an sejumlah 6000 kali[22].

2). Aqidah Aliran Tijaniyah Tentang Hal-Hal yang Terkait dengan Rasulullah Saw..

-  Aqidah mereka tentang melihat dan bertemu Rasulullah Saw. dengan keadaan sadar.
Hal ini berlandaskan bahwa syekh-syekh mereka mendapatkan dzikir dan wirid langsung dari Rasulullah Saw. dalam keadaan sadar bukan dalam keadaan mimpi. Sebagaimana dikatakan didalam kitab Rammah Hizb Ar-Rahim bahwa tidaklah sempurna seorang hamba didalam Maqam Ma’rifat sebelum ia bertemu dengan Rasulullah Saw. dalam keadaan sadar[23]
Dalilnya:

رواه البخا ري و مسلم و ابو داود عن ابي  هريرة رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلي الله
عليه و سلم يقول: من راني في المنام فسيراني في اليقظة, و لا يتمثل الشيطا ن بي.[24]

Hadits ini jelas menunjukkan  bahwa seseorang bisa melihat Rasulullah Saw. dalam keadaan sadar.[25]

- Aqidah mereka bahwa nabi Muhammad Saw. tidak menyampaikan semua wahyu kepada pengikutnya.

Didalam kitab jawahir al-ma’ani dikatakan bahwa, suatu perkara yang universal  untuk ummat Rasulullah Saw. seluruhnya disampaikan ketika nabi Saw. ketika hidup, dan perkara yang partikel atau khusus itu tidak dibatasi dengan ruang dan waktu, artinya sesuatu yang khusus bisa disampaikan setelah nabi Muhammad Saw. meninggal.[26]
Dalilnya:

عن ابي هريرة ر ضي الله عنه قا ل: حفظت من رسول الله صلي الله عليه و سلم
 و عاءين, فاما احدهما فبثثته, و اما الاخر فلو بثثته قطع هذ ا البعلو م[27]

Telah berkata penulis  Bugyah Al-Mustafid bahwa: tidak hilang sesuatu yang belum disampaikan oleh allah Swt. atas perihal perkara yang khusus, walaupun Rasulullah Saw. sudah wafat[28]

- Aqidah mereka bahwa boleh bertawassul dengan dzat Rasulullah Saw.

Thariqah Tijaniyah membolehkan bertawassul dengan dzat Rasulullah Saw. dan dengan syekh At-Tijani. Adapun tata cara bertawassul dengannya, telah dijelaskan dalam kitab Rammah Hizb Ar-Rahim yaitu dengan membaca shalawat Al-Fatih 100 X. Baru setelah itu, sebutkan berbagai macam hajat, kemudian membaca doa:

يا رب تو سلت اليك بحبيبك و ر سلك و عظيم القدر عندكسيد نا محمد
 صلي الله عليه و سلم في قضا ء الحا جة التي اريد ها X  100

Kemudian membaca:

اسالك و اتوجه اليك بجا ه القطب الكا مل سيدنا احمد بن محمد التجا ني
 و جا هه عندك ان تعطيني كذا و كذا,

Setelah itu sebutkan hajat-hajat kita, disyaratkan batas maksimal 10 hajat.[29]
Dalilnya:

Allah Swt. berfirman:

يا ايها الذين امنوا اتقواالله و ابتغوا اليه الوسيله[30]

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah Swt. dan carilah wasilah”

- Aqidah mereka bahwa syekh Tijani adalah penutup para wali.
Yang dimaksud penutup para wali disini yaitu bukan berarti setelah itu tidak ada wali lagi, tetapi maksud diatas yaitu, penutup wali yang paling utama. Karena setelah syekh At-Tijani tidak ada wali yang menyamai tingkatannya. Dan juga didalm kitab  Bugyah Al-Mustafid dikatakan bahwa, syekh At-Tijani adalah wali yang paling utama/penyempurna wali-wali sebelumnya atau sesudahnya.
Dalilnya:

مثل امتيى مثل المطر لا يدري اوله خير ام  اخره[31]

3). Aqidah Aliran Tijaniyah Tentang Hal-Hal yang Terkait dengan Hari Akhir

- Aqidah mereka, bahwa nabi Muhammad Saw. menjamin pengikutnya masuk syurga
Dalilnya:

Allah Swt. berfirman:
و من يطع الله والرسول فا اولئك مع الذين انعم الله عليهم من النبيين
 و الصد يقين و الشهدا ء و الصا لحين و حسن او لئك رفيقا[32]

“Dan barang siapa menaati Allah swt. dan rasulnya( nabi Muhammad Saw.), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah Swt, yaitu para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”.



Syekh Muhammad At-Tijani mengatakan bahwa: pengikut nabi Muhammad Saw. ada yang masuk syurga tanpa dihisab

حديث  ابي هريرة عند احمد والبيهقي في البعث عن النبي صلي الله عليه و سلم قال: سالت ربي
فوعدني ان يدخل الجنة من امتي زمرة سبعون الفا تضيء وجوههم اضاءة القمر ليلة البدر,
 فاستزدت ربي فزا دني مع كل الف سبعين الفا.[33]


-  Aqidah aliran Tijaniyah, bahwa siapa orang yang melihat syekh Tijani, dia akan masuk syurga.
Dalinya:

قال النبي صلي الله عليه و سلم: لا تمس النار مسلما راني. رواه التر مذي.

Didalam kitab Al-Intishaf dikatakan bahwa siapa yang telah bermimpi bertemu dengan syekh At-Tijani, maka ia telah bertemu dengan keadaan sadar[34]. Secara tidak langsung perkataan ini sebagai analogi dari hadits diatas.

- Aqidah aliran Tijaniyah tentang keutamaan pengikut aliran Tijaniyah di hari akhir
Pengikut thariqah At-tijaniyah berkeyakinan bahwa rasulullah Saw. mengistimewakan mereka dibanding umat yang lainnya. Keutamaannya seperti mereka mengetahui sesuatu yang menurut mereka masih dirahasiakan Rasulullah Saw. dan dikatakan didalam kitab Rammah Hizb Ar-Rahim bahwa faktor yang membuat mereka istimewa adalah dzikir yang langsung dikasih oleh nabi Muhammad Saw.

Wirid dan Dzikir Aliran Tijaniyah

1). Wirid-wirid yang lazim

a). Wirid yang dibaca setiap pagi dan sore
- Istighfar 100 X
- Shalawat kepada nabi Muhammad Saw.. 100X
-La Ilaha illa Allah 100 X
Di syaratkan membaca wirid ini sesuai dengan urutan wiridnya.[35]

2). Amalan yang dibaca sehari sekali

ا). استغفر الله العظيم الذي لا اله الا هو الحي القيوم(ثلاثين مرة)

ب).صلا ة الفاتح لم اغلق (خمسين مرة)

اللهم صلي علي سيد نا محمد الفا تح لما اغلق, و الخا تم لما سبق, نا صر الحق با الحق, الها دي الي صرا طك المستقيم, و علي اله حق قدره و مقداره العظيم[36]

ج).لا اله الا الله (ما ئة مرة )

د). جو هرة الكما ل (اثنتي عشرة مرة )

اللهم صل و سلم علي عين الرحمة الر با نية واليا قوتة المتحققة الحا ئطة بمركز المفهوم والمعا ني و نور الاكوان المتكونة, الا دمي صا حب الحق الربا ني البر ق الا سطع بمزون الاريا ح الما ئلة لكل متعرض من البحور والاو ني, و نورك اللا مع الذي ملا ت به كو نك الحا ئط با مكنة ال مكا ني, اللهم صل و سلم علي عين الحق التي تتجلي منها عرو ش الحقائق, عين  المعا رف الا قوم صرا طك التا م الا سقم, اللهم صل علي طلعة الحق با لحق الكنز الا عظم افا ضتك منك اليك احاطة النور المطلسم صلي الله عليه و سلم , و علي اله صلا ة تعرفنا بها ايا ه.[37]

Syarat-syarat didalam membaca Jawhirah Al-Kamal yaitu:
-pembacanya harus bersuci dengan air, tidak boleh dengan debu
- adanya kasur yang suci yang ukurannya bisa memuat 6 orang, hal ini sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh nabi Muhammad Saw. dan sahabat lainnya.[38]
Syekh Muhammad Al-Hafidz At-Tijani mengatakan bahwa pada pada dasarnya wirid ini hukumnya sunnah, tetapi jika ada yang nazar maka hukumnya berubah mejadi wajib.[39]sebagaimana hadits nabi Muhammad Saw. yang berbunyi:

قال النبي صلي الله عليه و سلم: من نذ ر ان يطيع الله فليطعه[40]

3).Dzikir setiap hari Jum’at- membaca la ilaha illa allah selama satu jam atau lebih, yang dibaca setelah shalah ashar hingga terbenamnya matahari[41]. Dan disyaratkan sebelum membacanya harus bersuci dengan air, karena Rasulullah Saw. mengerjakan hal yang demikian itu[42]


2).Wirid Ikhtiyari

- يا قوتة الحقا ئق

- الصلا ةالغيبية

- الحزب السيفي

- حزب البحر

- الا سما ء الا د ريسية

- استغفا ر الخضر

اللهم اني استغفرك من كل ذ نب تبت اليك منه ثم عدت فيه, واستغفر ك من كل ما و عدتك به نفسي ثم لم اوف لك به, واستغفرك من كل عمل ار د ت به و جهك فخا لطني فيه غير ك, و استغفر ك من كل نعمة انعمت  بها علي فاستعنت بها علي معصيتك, و استغفر ك يا عا لم الغيب و الشها دة, و من كل ذ نب اذنبته في ضيا ء النها ر او سواد الليل في ملا ء ا و خلا ء او سر او علا نية يا حليم.[43]

- دعاء لرؤ يته صلي الله عليه و سلم بعد مو ته

اللهم  اجمع جميع اذ كا ر الذ اكرين و جميع صلوات المصلين, و اجعل لي جميع الا ذكا ر ذ كري, و جميع الصلوا ت صلاتي في سيد نا محمد شفيع المذ نبين, و علي اله الا بحر الكا ملين عدد ما في علمك يا ر ب.[44]

- صلا ة رفع  الا عما ل

اللهم صلي علي سيد نا محمد النبي عدد من صلي عليه من خلقك, و صل علي سيد نا محمد النبي
 كما ينبغي لنا ان نصلي عليه, و صلي علي سيد نا محمد النبي كما امر تنا ان نصلي عليه[45] .

- المسبعا ت العشر

- دعا ء في قوت القلو ب[46]

Disyratkan untuk membaca ini semua harus dapat izin dari syekh yang mendalami thariqah Tijaniyah.[47]


Penutup 

 Setelah kita bahas dan ulas masalah hal yang terkait thariqah At-Tijaniyah dalam berbagai perspektif, dengan makalah sederhana ini. Penulis merasa bahwa tidak akan cukup dengan tulisan dikertas yang terbatas ini mencakup semuanya. Mungkin kita akan membutuhkan beratus-ratus lembar untuk menjelaskan secara detail dan terperinci. Akan tetapi penulis meminta maaf tentang sedikitnya referensi, dikarenakan buku-buku yang terkait dengan thariqh Tijaniyah cukup sulit didapatkan. dan sudah menjadi kewajiban kita untuk terus menelaah dan membacanya dengan suatu harapan kita dapat memecahkan persoalan  yang berada disekitar kita dengan ajaran  yang sesuai dengan hati dan kebenaran islam.

Menurut penulis, thariqah Tijaniyah adalah thariqah yang  penuh dengan kontroversi, hal ini terkait dengan akidah-akidah mereka yang penuh dengan tanda tanya dan mengundang misteri, yang harus kita telisik lebih lanjut. Dan penulis tidak bisa menghukumi suatu thariqah dengan pernyataan bahwa thariqah ini adalah thariqah sesat, sebelum adanya telaah lebih mendalam.

Mungkin tulisan ini bukanlah sebagai patokan yang harus kita ikuti begitu saja, karena mungkin apa yang ada di makalah ini  banyak sekali kesalahan dan kekhilafan yang mestinya itu tidak dipaparkan.

Sebagai ummat islam kita patut bersyukur dengan segala kenikmatan yang telah Allah Swt. Berikan kepada kita, yang mana kesyukuran dan kenikmatan itu tidak akan ditemukan dalam agama lainnya selain islam. Semoga dengan ini kita dapat lebih meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah Swt..
Wallahu 'alam bi shawab.

Daftar Pustaka

-  Al-Qur’an dan Terjemahnya, Al-Huda, 2005 M.

-  Hisyam Muhammad Karbani, Tasawuf dan Ihsan, Serambi, Cet: I, tahun 2007 M.

- Duktur ‘Ali bin Muhammad Ali Dakhilillah, At-Tijaniyah, Dar Al-‘Ashimah, Cet ke: II, 2008 M.

-  ‘Abdullah Haka At-Tijani, Al-Yawaqit wa Al- Jawahir Al-Mudhiiah, Ma’rifat, 1988 M.




[1] . Makalah ini dipresentasikan pada BSC Ke IV,.
[2] . Mahasiswa Al-Azhar, jurusan Syariah Islamiyah.
[3] . Tahirah yaitu  sebuah nama untuk suatu kota yang saling berdekatan di Aqso Al-Maghrib, salah satunya Tahirah Qadimah dan yang satu lainnya disebut  Tahirah Muhaddasah. Dan didaerah tersebut banyak mengalami hujan. Mi’zam Al-Buldan : 2/7, cet: Bayrut.
[4] . Jawahir Al-Ma’ani 1/26,27.  Al-Istiqsho fi Tarikh Al-Maghribi Al- Aqsho 8/83,84. Haliyah Al-Basyar 1/303.
[5] . Jawahir Al-Ma’ani 1/28,31.
[6] . Jawahir Al-Ma’ani 1/26,27.
[7] . Dia Thayyib bin Muhammad bin Abdullah bin Ibrahim Al- Yamlahi Al-‘Alami, wafat pada tahun 1218 H di Akhir Rabi Al-Sani dan dikuburkan di Wajan dari negri yang sudah hancur dari Mashmudah, Jawahir Al-Ma’ani 1/43.
[8] . Beliau lahir di Andalusia dan wafat  tahun 1188 H, Jawahir Al-Ma’ani 1/44.
[9] . Namanya: Syekh Abdul Qadir bin Musa bin ‘Abdullah bin Janki Daus At Al-Husni Abu Muhammad Muhyiddin Al-Jaelani atau Al-Kaelani atau Al- Jumaeli, pendiri thariqah Qadariyah, lahir di daerah Jaelani belakang Thubrestan tahun 471 H, kemudian pergi ke Baghdad tahun 488H,, beliau banyak mengarang buku, diantaranya Al-Goniyyah Litholib Tahoriq Al-Ha, Fath Ar-Rabbani, Futuh Al-Guyub dan Fuyudhtoul Al-Rabaniyah, wafat di Baghdad tahun 561 H, Al-A’lam 4/171,172.
[10] . Ia sering di panggil Al-Ghomari As-Saljamasi Ash-Shodiqi , wafat pada tahun 1165 h, pada bulan Muharram , Jawahir Al-Ma’ani 1/44/45.
[11] . Kitab itu ditulis oleh Ahmad bin Muhammad bin ‘Atoillah Al-Sakandari. Buku itu membahas berbagai macam jalan rohani, diantaranya ikhlas, juhud, ‘uzlah, dan ridho. Dan telah disyarah oleh Muhammad bin Ibrahim Al-Ma’ruf dalam kitabnya Syarh Al-Hikam.
[12] . Namanya: Abu Al-‘Abbas Ahmad bin ‘Abdullah Al-Hindi, wafat pada tahun 1187 H, diambil dari kitab Jawahir Al-Ma’ani, 1/47,47.
[13] . Kota itu terkenal di kerajaan Magribia
[14] . Tempat/istana ini diambil dari nama Abu Samghun, tempat ini terkenal didaerah padang pasir sebelah timur. Yang dimaksud istana disini yaitu kuburan Abu Samghun. Bughyah Al-Mustafid.
[15] . Jawahir Al-Ma’ani, 1/51.
[16] . QS. Al-An’am, 112.
[17] . kasyfu Al-Hijab, 21.
[18] . kasyfu Al-Hijab, 269.
[19] . Buku ini ditulis oleh Amr Al-Fawati, seorang pengikut thariqah Tijaniyah.
[20] . Rammah Hizb Al-Rahim fi Nuhuri Hizb Ar-Rahim, 1/28.
[21] . QS. Al-Jin, 26, 27.
[22] . Jawahir Al-Ma’ani, 1/136
[23] . Rammah Hizb Ar-Rahim, 1/199.
[24] . Diriwayatkan oleh imam Bukhari ( Shahih Bukhari bersama syarahnya, Fath Al-Bari, 12/383. Dan diriwayatkan oleh imam Muslim ( Shahih Muslim ‘ala Syarh An-Nawawi, 15/26. Diriwayatkan oleh Abu Dawud( Sunan Abu Dawud bersama syarahnya ‘Aun Al-Ma’abud, 13/366).
[25] . Rammah Hizb Ar-Rahim, 1/205.
[26] .Jawahir Al-Ma’ani, 1/140. Rammah Hizb Ar-Rahim, 1/146. Ad-Durroh Al-Khoridah, 1/70. Mizab Ar-Rahmah Ar-Rabbaniyah, 211.
[27] . Diriwayatkan oleh imam Bukhari( Fath Al- Bari, 1/204).
[28] . Bugyah Al-Mustafid, 66, 67.
[29] .Rammah Hizb Ar-Rahim fi Nuhur Hizb Ar-Rajim, 1/265.
[30] . QS. Al-Maidah, 35.
[31]. Diriwayatkan oleh At-Tarmidzi dan ia mengatakan hadis ini Hasan Gharib( Tuhfatul Al-Ahwadzi, 8/170, 172.
Dan diriwiyatkan oleh At-Tarmidzi didalam kitab Nawadir Al-Ushul, 152. Diriwayatkan oleh imam Ahmad, Al-Musnad, 3/130, 143, 4/319. Dan berkata Ibnu Hajar hadits ini Hasan Gharib, di dalam kitab Al-Fath. Berkata Manawi dan Zarkasi: Dhaif hadits ini menurut imam Nawawi didalam  fatwanya (Fayd Al-Qadir, 5/517).
[32] . QS.An-Nisa, 69.
[33] . Shahih Bukhari, Fath Al-Bari, 11/406. Dan diriwayatkan oleh imam Muslim, Shahim Muslim Syarh An-Nawawi, 3/93,94. Diriwayatkan oleh imam Ahmad, Musnad, 400, 401.
[34] . Al-Intishaf fi Radd Al-Inkar ‘ala Thariq, 24, cet: 2.
[35] . Ahzab wa Awrad At-Tijani. 8, cet ke:IV, ditahqiq oleh Muhammad Al-Hafidz At-Tijani.
[36] . Ahzab wa Awrad AtTijani, 12. Ditahqiq oleh Muhammad Al-Hafidz, cet: V.
[37] . Ahzab wa Awrad AtTijani, 13,14.
[38] . Ahzab wa Awrad  At-Tijani, 10, Al-Durroh Al-Khoridah, 3/199,200.
[39] . Ahzab wa Awrad At-Tijani, 10.
[40] . Diriwayatkan oleh imam Bukhari( Shahih Al-Bukhari bersama syarahnya, fath Al-Bari 1-/581). Dan diriwayatkan oleh imam Ahmad didalam Musnadnya,6/36, 41, 224.
[41] . Ahzab wa Awrad At-Tijani, 10, 11.
[42] . Ad-Durroh al-Khoridah, 3/200.
[43] . Ahzab wa Awrad At-Tijani, 104, 105.
[44] . Ahzab wa Awrad At-Tijani, 106.
[45] . Ahzab wa Awrad At-Tijani, 110.
[46] . Ad-durroh Al-Kharidah,4/155, 174
[47] . Ahzab wa Awrad At-Tijani, 22.

0 komentar:

Post a Comment